Pages

3/16/2013

Catatan Seorang Perempuan #2

Kugurat baru lagi di sebuah lembaran
Catatan tentang seorang perempuan
Yang hanya bisa menyembunyikan
Perasaan atas cobaan dan siksaan

Bukan suka, bukan duka, tetapi lara
Jejak di tubuhnya tinggallah noda
Maaf saja, ia bukan malu tapi jera
Mulutnya tak berbicara, apa daya

Oh, betapa indahnya kau diciptakan
Tapi malah kau dijadikan pelampiasan
Entah oleh binatang atau, ah, persetan!
Membayangkan saja sungguh enggan

Dekapan hangat pantaslah kau dapat
Bukan sentuhan penuh nafsu dan bejat
Sakit, mahkota tercabik, dan tersayat
Semua ditanggung hingga akhir hayat

Oh, perempuan, kaulah yang terindah
Kuyakin kau bukan makhluk yang lemah
Walaupun kini kau telah hilang gairah
Tetapi yang kupinta, segera bangkitlah!

Saya terinspirasi setelah melihat berita tetang kekerasan seksual yang semakin marak belakangan ini yang korbannya adalah anak-anak di bawah umur sampai ibu kandung sendiri. Memangnya, nafsu birahi bisa mengalahkan hati nurani, ya?


Lihat tulisan saya di Kompasiana.

EG

3/08/2013

Catatan Seorang Perempuan


Hari ini, tanggal 8 Maret 2013 merupakan Hari Perempuan Sedunia. Dalam tulisan saya kali ini, saya hanya ingin sedikit bernostalgia tentang tugas akhir saya yang mengangkat tema "Anti Kekerasan Terhadap Perempuan".

Saya memang bukan pejuang hak perempuan, tapi saya cukup peduli dengan status dan kodrat perempuan. Ini yang selalu menjadi pertanyaan saya, mengapa perempuan selalu kalah dari laki-laki? Padahal ada pepatah yang mengatakan, "di balik seorang pria sukses ada seorang wanita yang hebat". Bukankah itu menunjukkan bahwa sebenarnya perempuan jauh lebih kuat dan hebat dari laki-laki? Tapi, apakah kondisi fisik menyebabkan perempuan akan selalu lebih lemah daripada laki-laki?

Sampai saat ini, kasus kriminal yang mendiskriminasi perempuan tidak kunjung berkurang. Kekerasan yang paling mencuat terjadi di ranah domestik: kekerasan di dalam rumah tangga atau relasi personal, sedangkan bentuk kekerasan terbanyak adalah kekerasan seksual.

Data-data itu saya dapatkan ketika saya berkunjung ke Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) tahun lalu ketika saya sedang mengumpulkan data untuk keperluan tugas akhir saya. 

Dalam tugas akhir saya, saya menyusun sebuah kampanye dengan mengambil sebuah ide bahwa sebuah sentuhan sangat bermakna bagi seorang perempuan. Sentuhan kasih sayang, perhatian, dan cinta, sentuhan yang dapat menghapuskan duka dan lara perempuan, sentuhan yang menunjukkan bahwa betapa lembutnya seorang perempuan. Lembut bukan berarti lemah! 

Saya, sebagai seorang perempuan, mengerti betul susahnya menjadi perempuan. Bahkan, ibu saya pernah berkata, "Itu lah kodrat wanita. Saat dia kecil, dia harus hormat kepada orang tuanya. Saat dia dewasa, dia harus tunduk kepada suaminya. Saat dia tua, dia harus nurut sama anaknya."

Naif. 

Perempuan merupakan peran yang penting dalam kehidupan. Perempuan adalah ibu, istri, kakak, adik, maupun anak. Perlu ditegaskan, bahwa dalam tulisan ini saya tidak bermaksud untuk memprovokasi dan bukan maksud saya juga untuk tidak menghormati kaum laki-laki.

Saya bukan perempuan lemah dan saya sangat berharap semua teman-teman saya mempunyai pemikiran yang sama seperti saya, perempuan bukanlah individu yang diciptakan untuk ditindas dan mengalami kekerasan saja.


Tulisan ini juga saya tulis di Kompasiana.

EG