Singkirkan urusan klien, singkirkan urusan pribadi;
Jangan sampai cekcok, jangan adu bacok, awas nanti bonyok! Mari kita pikirkan besok, karena kita akan #menclokdibangkok! Yeay!!
Dari seminggu sebelumnya, Mas Heru sudah memberikan slide yang berisi do dan don't sebelum dan sesudah kita sampai di Bangkok: apa saja yang harus dibawa, apa saja yang harus diperhatikan, tempat tujuan kita saat di Bangkok (tempat belanja, tempat makan), dan termasuk.. ciri-ciri ladyboy.
Durasi presentasi (atau bisa disebut juga komedi) termasuk tanya jawab itu memakan waktu hampir 3 jam. Sangat mengocok perut, sangat membantu!
Yang terpenting, di presentasi kedua (bayangkan sampai 2 kali presentasi), kami diberikan uang saku.
Dari seminggu sebelumnya, Mas Heru sudah memberikan slide yang berisi do dan don't sebelum dan sesudah kita sampai di Bangkok: apa saja yang harus dibawa, apa saja yang harus diperhatikan, tempat tujuan kita saat di Bangkok (tempat belanja, tempat makan), dan termasuk.. ciri-ciri ladyboy.
Durasi presentasi (atau bisa disebut juga komedi) termasuk tanya jawab itu memakan waktu hampir 3 jam. Sangat mengocok perut, sangat membantu!
Yang terpenting, di presentasi kedua (bayangkan sampai 2 kali presentasi), kami diberikan uang saku.
Sabtu, 01 Juni 2013 -- Hari #1
Pada tanggal 1 Juni 2013, kami, segenap atasan dan bawahan Dentsu Strat, berkumpul di Bandara Soekarno-Hatta untuk outing ke Bangkok. Pesawat take off pada jam 08:30 WIB dan landing di Bandara Suvarnabhumi, Thailand, pada jam 12:00 WIB (perlu ditekankan lagi, bahwa: tidak ada perbedaan jam antara Bangkok dan Jakarta, jadi sepertinya kepanjangan WIB adalah "Waktu Indonesia bagian Bangkok" #sori).
Sesampainya kami di Bangkok, kami dijemput oleh 2 orang tour guide yang bernama Anusi (Anu) -yang memandu di Bus 1- dan Sit -di bus satunya-.
Pada tanggal 1 Juni 2013, kami, segenap atasan dan bawahan Dentsu Strat, berkumpul di Bandara Soekarno-Hatta untuk outing ke Bangkok. Pesawat take off pada jam 08:30 WIB dan landing di Bandara Suvarnabhumi, Thailand, pada jam 12:00 WIB (perlu ditekankan lagi, bahwa: tidak ada perbedaan jam antara Bangkok dan Jakarta, jadi sepertinya kepanjangan WIB adalah "Waktu Indonesia bagian Bangkok" #sori).
Sesampainya kami di Bangkok, kami dijemput oleh 2 orang tour guide yang bernama Anusi (Anu) -yang memandu di Bus 1- dan Sit -di bus satunya-.
Semua perut pasti keroncongan, karena kami sampai di Bangkok tepat di jam makan siang. Untungnya di perjalanan menuju pusat kota, ada sebuah restoran halal yang enak sekali. Saya terpincut dengan sop ikan asam manis.
Kami diantar ke mall Ma Bun Kong (MBK) yang terletak di pusat kota dan bersebelahan dengan Siam Paragon, Siam Center, dan Siam Discovery. Masing-masing gedung tersedia jembatan yang menghubungkan mall satu dengan yang lainnya sehingga kita tidak perlu naik kendaraan umum lagi untuk berpindah tempat. Saya menghabiskan waktu dengan melihat-lihat sambil mencari kartu seluler.
Kami diantar ke mall Ma Bun Kong (MBK) yang terletak di pusat kota dan bersebelahan dengan Siam Paragon, Siam Center, dan Siam Discovery. Masing-masing gedung tersedia jembatan yang menghubungkan mall satu dengan yang lainnya sehingga kita tidak perlu naik kendaraan umum lagi untuk berpindah tempat. Saya menghabiskan waktu dengan melihat-lihat sambil mencari kartu seluler.
Setelah bersenang-senang di mall itu, kami diajak untuk makan malam di atas Princess Cruise yang melintasi Chao Praya River.
Di atas kapal, kami disuguhkan makan malam buffet sambil dihibur oleh beberapa entertainer, mulai dari live music sampai pertunjukan tari ala Thailand. Kami pun dihibur oleh Tsutsui-san yang bermain jankenpon dan berhadiah $100. Wow, Ginda pemenangnya! Kemudian Pak Janoe memberikan kata sambutan dan meminta ijin untuk pulang keesokan harinya karena ada meeting. Setelah itu acara hiburan dilanjutkan kembali.
Sungai Chao Praya melewati Temple of Dawn (Wat Arun Temple), The Grand Palace, Jembatan Rama VIII, dan beberapa hotel dan landmark yang menghadap ke sungai. Kami dibuat terkagum-kagum oleh pemandangan indah nan romantis itu.
Kami diantar pulang ke Bangkok Chada Hotel di Rachadapisek Road. Hotel kami terletak di antara panti pijat, bar, diskotik, dan klub malam –begitu kata si tour guide. Kamar yang cukup nyaman can sangat luas untuk saya dan Uwiw.
Kami berbersih diri lalu tidur.
Di atas kapal, kami disuguhkan makan malam buffet sambil dihibur oleh beberapa entertainer, mulai dari live music sampai pertunjukan tari ala Thailand. Kami pun dihibur oleh Tsutsui-san yang bermain jankenpon dan berhadiah $100. Wow, Ginda pemenangnya! Kemudian Pak Janoe memberikan kata sambutan dan meminta ijin untuk pulang keesokan harinya karena ada meeting. Setelah itu acara hiburan dilanjutkan kembali.
Sungai Chao Praya melewati Temple of Dawn (Wat Arun Temple), The Grand Palace, Jembatan Rama VIII, dan beberapa hotel dan landmark yang menghadap ke sungai. Kami dibuat terkagum-kagum oleh pemandangan indah nan romantis itu.
Kami diantar pulang ke Bangkok Chada Hotel di Rachadapisek Road. Hotel kami terletak di antara panti pijat, bar, diskotik, dan klub malam –begitu kata si tour guide. Kamar yang cukup nyaman can sangat luas untuk saya dan Uwiw.
Kami berbersih diri lalu tidur.
Minggu, 02 Juni 2013 -- Hari #2
Sesuai jadual, hari ini kami akan berbelanja seharian penuh. Tempat tujuan kami tak lain tak bukan adalah Chatuchak dan Asiatique.
Chatuchak adalah pasar terbesar di Thailand sekaligus weekend market yang buka hanya di hari Sabtu dan Minggu. Di sini kita dapat menemukan barang apa saja, mulai dari: baju, tas, kerajinan tangan, furnitur, tanaman, hewan, sampai dengan jajanan khas Thailand. Jajanan yang disajikan pun beragam macamnya: makanan rebus, gorengan, bakar-bakaran, kue basah, sampai ke sayur-sayuran, semuanya bikin penasaran.
Saya memutuskan untuk jalan-jalan sendirian karena saya memiliki firasat bahwa saya pasti akan menemukan teman dari Strat.
Beberapa barang yang saya beli untuk diri saya sendiri dan oleh-oleh tentunya. Barang-barang yang dijual di sini relatif murah. Biasanya si penjual akan memberikan potongan harga jika si pembeli membeli secara borongan. Tentu, bagi orang-orang yang tidak bisa menahan diri, ini adalah surga (atau bisa jadi neraka). Karena Chatuchak sangat luas, belanja seharian pun menjadi tidak terasa.
Tepat sesuai dengan perkiraan saya, saya bertemu dengan Bebep Tika dan Bebep Cin sejam sebelum berkumpul di meet point. Sembari berjalan ke bus, kami melewati tempat jajanan pasar. Kami membeli Thai Ice Tea untuk menghilangkan dahaga kami. Walaupun saya tidak berkesempatan untuk mencoba jajanan pasar yang berjejer, saya senang karena akhirnya saya bisa mencicipi teh khas Thailand yang asli (bukan Thai Ice Tea yang ada di café-café Jakarta).
Chatuchak adalah pasar terbesar di Thailand sekaligus weekend market yang buka hanya di hari Sabtu dan Minggu. Di sini kita dapat menemukan barang apa saja, mulai dari: baju, tas, kerajinan tangan, furnitur, tanaman, hewan, sampai dengan jajanan khas Thailand. Jajanan yang disajikan pun beragam macamnya: makanan rebus, gorengan, bakar-bakaran, kue basah, sampai ke sayur-sayuran, semuanya bikin penasaran.
Saya memutuskan untuk jalan-jalan sendirian karena saya memiliki firasat bahwa saya pasti akan menemukan teman dari Strat.
Beberapa barang yang saya beli untuk diri saya sendiri dan oleh-oleh tentunya. Barang-barang yang dijual di sini relatif murah. Biasanya si penjual akan memberikan potongan harga jika si pembeli membeli secara borongan. Tentu, bagi orang-orang yang tidak bisa menahan diri, ini adalah surga (atau bisa jadi neraka). Karena Chatuchak sangat luas, belanja seharian pun menjadi tidak terasa.
Tepat sesuai dengan perkiraan saya, saya bertemu dengan Bebep Tika dan Bebep Cin sejam sebelum berkumpul di meet point. Sembari berjalan ke bus, kami melewati tempat jajanan pasar. Kami membeli Thai Ice Tea untuk menghilangkan dahaga kami. Walaupun saya tidak berkesempatan untuk mencoba jajanan pasar yang berjejer, saya senang karena akhirnya saya bisa mencicipi teh khas Thailand yang asli (bukan Thai Ice Tea yang ada di café-café Jakarta).
Saya dan kedua Bebep hampir saja ditinggal bus. Hal yang sungguh mendebarkan ketika saya membayangkan bagaimana rasanya jauh dari rombongan. Sejujurnya, ini karena kami bertiga nyangkut di kios BH.
Sekarang kami menuju ke Asiatique.
Asiatique The Riverfront adalah mall yang berada di pinggir sungai. Banyak sekali fashion stall dan café house.
Saya membeli oleh-oleh berupa makanan, seperti Thai Ice Tea Nestea, J-Koong Spicy Crispy Shrimp, dan beberapa bungkus juhi. Saya tidak berbelanja banyak di Asiatique, dikarenakan saya memiliki kekhawatiran bahwa tas koper saya tidak cukup menampung semua belanjaan. Tapi pernak-pernik lucu plus random itu rasa-rasanya ingin saya jarah semua.
Eksterior dan interior café yang menarik perhatian menambah kegembiraan ketika berkunjung ke sini.
Sebagai sarana hiburan lainnya, disediakan dua macam pertunjukan budaya Thailand, yaitu: Joe Louis Puppet Theatre yang menampilkan seni pendalangan wayang boneka khas Thailand dan Calypso Cabaret yang menampilkan tarian dan nyanyian lip sync dari para Ladyboy. Sayang sekali, saya tidak sempat menonton karena kami harus segera balik ke hotel.
Di dalam perjalanan balik ke hotel, masing-masing teman dari Strat menyusun rencana, rupanya belum puas. Ada yang merencanakan ke Patpong, Central World, dan ada juga yang menetap di Asiatique. Saya, Uwiw, dan kedua Bebep merencanakan untuk jajan di Hway Kwang Night Market karena kami belum makan.
Sekarang kami menuju ke Asiatique.
Asiatique The Riverfront adalah mall yang berada di pinggir sungai. Banyak sekali fashion stall dan café house.
Saya membeli oleh-oleh berupa makanan, seperti Thai Ice Tea Nestea, J-Koong Spicy Crispy Shrimp, dan beberapa bungkus juhi. Saya tidak berbelanja banyak di Asiatique, dikarenakan saya memiliki kekhawatiran bahwa tas koper saya tidak cukup menampung semua belanjaan. Tapi pernak-pernik lucu plus random itu rasa-rasanya ingin saya jarah semua.
Eksterior dan interior café yang menarik perhatian menambah kegembiraan ketika berkunjung ke sini.
Sebagai sarana hiburan lainnya, disediakan dua macam pertunjukan budaya Thailand, yaitu: Joe Louis Puppet Theatre yang menampilkan seni pendalangan wayang boneka khas Thailand dan Calypso Cabaret yang menampilkan tarian dan nyanyian lip sync dari para Ladyboy. Sayang sekali, saya tidak sempat menonton karena kami harus segera balik ke hotel.
Di dalam perjalanan balik ke hotel, masing-masing teman dari Strat menyusun rencana, rupanya belum puas. Ada yang merencanakan ke Patpong, Central World, dan ada juga yang menetap di Asiatique. Saya, Uwiw, dan kedua Bebep merencanakan untuk jajan di Hway Kwang Night Market karena kami belum makan.
Sesampainya di hotel, kami memutuskan untuk berbersih diri dan packing. Setelah itu, kami berempat berjalan kaki menjauhi hotel dan menuju Hway Kwang. Pasar malam yang menyediakan banyak jajanan pinggir jalan yang membuat saya dan Uwiw langsung memburu.
Di kios pertama, kami menyantap sate chicken wing. Kedua, sate cumi. Ketiga, serangga kering. Dan sebelum itu, kami berfoto-foto untuk menunjukkan (betapa bangganya) kami yang berani makan belalang-belalang malang ini. Keempat, makanan-yang-kami-tidak-tahu-namanya-tapi-pedasnya-luar-biasa. Makanan ini spontan membuat Uwiw mules dan pup di 7eleven terdekat. Kelima, kami berhenti di kios coconut cake (nama yang saya buat sendiri) dan disantap di hotel.
Sementara kami tidak tahu kemana kedua Bebep itu menghilang...
Di kios pertama, kami menyantap sate chicken wing. Kedua, sate cumi. Ketiga, serangga kering. Dan sebelum itu, kami berfoto-foto untuk menunjukkan (betapa bangganya) kami yang berani makan belalang-belalang malang ini. Keempat, makanan-yang-kami-tidak-tahu-namanya-tapi-pedasnya-luar-biasa. Makanan ini spontan membuat Uwiw mules dan pup di 7eleven terdekat. Kelima, kami berhenti di kios coconut cake (nama yang saya buat sendiri) dan disantap di hotel.
Sementara kami tidak tahu kemana kedua Bebep itu menghilang...
Senin, 03 Juni 2013 -- Hari #3
Kami bangun jam 06:00 pagi dan check out. Seperti hari-hari sebelumnya, kami sarapan di hotel.
Sekitar 90% penduduk Thailand beragama Buddha. Buddha yang mereka anut adalah Buddha Theravada. Kalau tidak salah, ada sekitar 60.000 kuil di Thailand. Kami akan mengunjungi beberapa kuil: The Grand Palace, Temple of Reclining Buddha (Wat Pho), dan Temple of Dawn (Wat Arun).
Ada beberapa peraturan untuk memasuki kuil, salah satunya harus berpakaian rapi dan tertutup. Jika kita melanggar, maka kita akan dicegat oleh petugas. Tapi tidak usah khawatir, karena misalnya jika kita terlanjur memakai celana pendek ke sana, kita dapat menyewa celana atau membeli kain.
Seperti biasa sepanjang perjalanan, tour guide kami menceritakan tentang Thailand. Siapa sang raja dan keluarganya itu. Dan dengan Bahasa Indonesia dia yang sangat lancar, cukup mampu membabat habis banyolan Mas Heru. Mas Heru dibuat diam tak berkutik dengan dibantu sorakan teman-teman yang lain.
The Grand Palace adalah kediaman raja-raja Thailand yang berdiri di atas tanah seluas 218,400 meter persegi. Tidak semua bagian dari istana itu boleh dikunjungi oleh turis. Kami dibagikan peta dan berjalan mengikuti arahan tour guide. Kami dibawa ke ruangan yang merupakan tempat raja menghadiri acara pelantikan. Turis dilarang mengambil gambar di sana; di ruangan manapun.
Setelah itu untuk mengunjungi kuil lainnya, kami menaiki perahu (sejenis perahu nelayan) dan kami bisa memberi makan ikan di sungai itu dengan roti. Lalu kami sampai ke sebuah kuil..
Di Wat Pho terdapat patung Buddha tidur yang berukuran panjang 43 meter dan tinggi 15 meter. Patung megah berwarna keemasan itu menarik perhatian turis. Menurut artikel yang saya baca, di sini adalah tempat dimana adanya Thai Massage pertama kali ada. Di belakang patung Buddha raksasa itu, terdapat 108 wadah kuningan yang menjadi tempat turis memasukkan koin satu per satu. Tujuannya adalah untuk membawa keberuntungan.
Kami naik perahu lagi dan..
Nama Wat Arun berasal dari nama dewa Hindu Aruna. Para turis bisa naik ke atas kuil dengan melewati tangga yang kemiringannya curam. Wat Arun disebut juga Temple of Dawn dan kuil ini menyala ketika gelap. Cantik Sekali.
Saya mengagumi seni arsitektur kuil-kuil di Thailand. Selain ciri khasnya yang kebanyakan menggunakan aksen-aksen keemasan dan stupanya yang khas.
Setelah mengunjungi kuil-kuil itu, kami diantarkan ke bandara. Ini saatnya kami berpisah dari Bangkok.
One thing..
I will be back in Thailand,
Amazing Thailand..
No comments:
Post a Comment